Cari Blog Ini

Jumat, 17 September 2010

Magnetic Particle Test

DASAR-DASAR
MAGNETIC PATICLE EXAMINATION

• Metode ini sangat baik digunakan untuk mendeteksi discontinuities di permukaan dan didekat permukaan (sub surface) pada magnetic material, terutama ferritic steel dan iron.
• Prinsipnya adalah menimbulkan magnetic flux di bagian yang akan diuji, dengan flux lines sepanjang permukaan pada tempat yang diperkirakan terdapat cacat. Dimana flux lines didekat discontinuity akan berpedar (stray) dan menjadi magnetic attractive poles North and South. Sehingga menimbulkan medan magnit dan dapat terbaca.
Metoda Penggunaan :
• Bersihkan material dari kotoran dan minyak yang menempel pada permukaan material yang akan diperiksa.
• Setelah itu semprotkan White Contras pada material yang akan diperiksa tujuannya agar material yang akan diperiksa lebih mudah diamati secara visual. Diamkan selama 5 – 10 menit agar cairan white contras meresap pada material dan kering.
• Kemudian tempelkan magnet pada bagian yang akan diperiksa lalu semprotkan sebuk besi pada daerah yang mengandung daya magnetic.
• Amati daerah yang telah disemprot dengan serbuk besi diantara daya magnetic. Apabila terdapat indikasi keretakan maka serbuk besi akan menutupi dan membentuk alur daerah yang mengalami keretakan.



Permanent Magnetic


Electrik Magnetic



Magnetic Particle Test

PROSEDUR ASME V
ARTICLE 7
• T-721 – Written Procedure Requirements Ü table T-721
• T-730 – Equipments
• T-731 – Medium
• T-760 – Calibration
• T-741 – Surface Preparation
• T-751 – Technique
• T-752 – Prod Technique
• T-753 – Longitudinal Magnetization Technique
• T-754 – Circular Magnetization Technique
• T-755 – Yoke Technique
• T-756 – Multidirectional Magnetization Technique
• T-770 – Examination
• T-780 – Evaluation
• T-790 – Documentation

KELEBIHAN
• Mudah penggunaan dan pengoperasian
• Quantitative.
• Can be automated, apart from viewing. (Though modern developments in automatic defect recognition can be used in parts of simple geometry e.g. billets and bars. In this case a special camera captures the defect indication image and processes it for further display and action)
KEKURANGAN
• Terbatas pada ferromagnetic materials.
• Terbatas untuk cacat terbuka pada permukaan atau subsurface.
• Tidak dapat menjamin apabila tidak ada indication berarti tidak ada defect.

Dibidang teknik ini banyak sekali pengetahuan yang harus kita gali dan kita gali lagi agar otak ini g beku.... karena umur kita terus bertambah jadi ya harus seimbang dong dengan apa yang kita ketahui... Sebarkan ilmu dan cerdaskan anak bangsa ini. Semangat


Salam

Oki

Penetran Test

Dasar-Dasar Penetran Testing

Die Penetran Test atau Color check
Dari berbagai macam pengujian tidak merusak salah satunya adalah dengan penetran test. Cara pengujian yang tanpa menggunakan alat bantu electronic ataupun semacamnya namun menggunakan media chemical penetran dan defeloper.
Prinsip kerja
Prinsip kerja penetran test adalah memanfaatkan metoda sifat kapilaritas cairan. Apabila terdapat celah kecil apabila diberi cairan maka celah tersebut akan menyedot cairan sehingga celah tersebut akan berisi cairan. Dengan memanfaatkan cara inilah penetran test sebagai metoda pengujian dilakukan.
Color check banyak digunakan untuk memeriksa material stenlles steel, besi, carbon steel dan lain sebagainya.
Ada 2 jenis pemeriksaan menggunakan penetran test, yaitu:

1. Penetran fluoresen yaitu pengujian penetran test yang dilakukan dengan bantuan sinar ultraviolet. Cairan ini mengandung zat warna yang akan berfluorensi bila disinari dengan sinar ultraviolet. Sama halnya dengan phosphor apabila kena cahaya makan bersinar atau menimbulkan cahaya yang akan menunjukan letak retakkan material. Cara ini biasanya digunakan untuk material atau barang-barang yang lebih membutuhkan sensitifitas lebih tinggi, missal: baling-baling pesawat.

2. Penetran non Fluoresen yaitu pengujian ini dapat dilakukan langsung secara visual langsung tanpa bantuan sinar ultraviolet. Cairan ini mengandung zat warna yang memiliki sifat kontras yang tinggi pada ruangan terang. Dan cara kedua ini yang paling banyak digunakan karena dalam pemakaiannya paling mudah dan efisien.

Metode ini biasanya digunakan untuk mendeteksi permukaan terbuka di non-ferromagnetic material.
I. Chemically cleaned
Untuk membersihkan permukaan dari material tersisa misal, gemuk, kotoran dll. Dari permukaan yang akan diuji.
I. Penetrant
Dengan sistem capillarity pentrant akan masuk ke celah yang terbuka (crack)
I. Bersihkan kelebihan Penetrant
II. Developer powder


Ket :
A > Pada gambar A terlihat bahwa material yang sudah dibersihkan disemprot secara merata dengan penetran dipermukaan materian tersebut, biarkan penetran masuk kedalam celah material biarkan selama 5 -10 menit (Dwell Time).
B > Setelah itu bersihkan penetran dengan kain, namun semprotkan terlebih dahulu cleaner pada kain agar penetran yang menempel pada permukaan lebih bersih. Jadi penetran yang tersisa hanya pada celah apabila terdapat retak.
C > Kemudian setelah itu semprotkan developer pada permukaan material tersebut dan diamkan beberapa saat.
D > Apabila terdapat indikasi keretakan maka cairan penetran yang yang masuk kedalam celah tersebut akan terlihat dikarenakan daya kapilaritas, dalam hal ini berat jenis developer lebih ringan dari pada penetran jadi cairan developer akan mengisi pada celah tersebut sedangkan cairan penetran akan naik keatas permukaan.
PROSEDUR ASME V
ARTICLE 6
- T-621 – Written Procedure Requirements ðTable T-621
- T-642 – Surface Preparation / Cleaning
- T-643 – Drying after Cleaning
- T-671 – Penetrant Application ð T-672 – Dwell Time ð Table T-672
- T-673 – Excess Penetrant Removal
- T-674 – Drying after Excess Penetrant Removal
- T-675 – Developing
- T-676 – Interpretation
- T-680 – Evaluation
- T-690 – Documentation
- T-652 – Technique Standard Temperature
- T-653 - Technique Standard Temperature
- T-654 – Restriction
Kelebihan
- Pengoperasiannya mudah
- Metode terbaik untuk surface breaking cracks di non-ferrous metals.
- Quantative.
Kekurangan
- Terbatas hanya untuk cacat permukaan terbuka.
- Kurang sensitivity.


Salam

Oki

Kamis, 16 September 2010

Bejana Tekan ( Pressure Vessel )

Bejana Tekan (Pessure Vessel)

Apa sih Bejana Tekan?
> Suatu wadah (container) berisi fluida yang dikenai tekanan internal atau eksternal.
> Tekanan internal atau eksternal lebih besar dari 15 Psi .
> Tekanan eksternal dapat disebabkan karena internal vacuum atau tekanan fluida antara jacket dan dinding bejana.
> Bejana yang dikenai tekanan eksternal biasanya diperiksa sama seperti bejana yang dikenai tekanan internal.
> Dibuat sesuai dengan ASME Boiler & Pressure Vessel Code Sec. VIII Divisi 1, Divisi 2 atau Divisi 3, atau pressure vessel code lain yang diakui, atau telah disetujui oleh pihak yang berwenang.

Komponen Bejana Tekan !!

> Komponen utama dari bejana tekan adalah :
- Shell (the primary component that contains the pressure)
- Head (shell must be closed at the ends by heads)
- Nozzle (cylindrical component that penetrates the shell or head)
- Support (saddle, leg, lug and skirt)
> Column, tower, drum, reactor, heat exchanger, condenser, air cooler, sphere dan accumulator adalah tipe-tipe yang umum dari bejana tekan.
> Bejana tekan di desain dengan berbagai bentuk.
> Cylindrical (dengan bentuk head flat, conical, toriconical, torispherical, semiellipsoidal atau hemispherical)
> Spherical
> Spheroidal
> Boxed (dengan flat rectangular atau flat square plate head sebagai header dari air cooled exchanger)
> Lobed
> Konstruksi Modul

> Bejana yang berbentuk silinder, termasuk heat exchanger dan condenser (posisi horisontal atau vertikal) disangga oleh column, cylindrical plate skirt atau plate lugs. Spherical umumnya disangga dengan column atau skirt, sedangkan spheroidal diletakkan pada pondasinya.
> Beberapa metode dipakai untuk membuat bejana tekan, dengan welding, brazing dan forging (paku keling jarang digunakan saat ini).
> Umumnya material yang digunakan adalah carbon steel, tetapi untuk penggunaan khusus bisa dipakai nickel, titatium, high nickel alloy atau alumunium dll. Copper dan copper alloy ditemukan pada petrochemical plant.
> Jika carbon steel tidak bisa menahan korosi atau erosi, ataupun akan menyebabkan kontaminasi produk, maka bejana dilapisi dengan material lain.
> Banyak digunakan pada refinery atau petrochemical plant, biasanya memuat proses fluida. Sebagai thermal reactor atau catalytic reactor yang berisi perubahan kimia yang dikehendaki dari sebuah proses, sebagai fractionator untuk memisahkan beberapa unsur, sebagai separator untuk memisahkan gas atau chemical, sebagai surge drum untuk liquid, sebagai chemical treating unit, atau sebagai exchanger, condenser, cooler.
> Column, tower, drum, reactor, heat exchanger, condenser, air cooler, sphere & accumulator adalah tipe-tipe yang umum dari bejana tekan.




Tipe - tipe Bejana Tekan

- Bejana Tekan

- Shell & Tube Heat Exchanger



- Air Cooled

- Heat Exchanger


Beberapa Bentuk Bejana Tekan




Ini baru sedikit tentang bejana tekan tapi nanti pasti akan aq perbaharui lagi kok. Ya mohon maaf klu belum pada puas dengan sedikit ilmu ini. he he

to be continued.......
Salam

Oki

Rabu, 15 September 2010

Destructive Test

Mohon Maaf lahir bathin yo... Mumpung masih bulan Syawal... he he
Setelah lama ngak ngisi blog ini akhirnya ada kesempatan juga buat ngisi blog ini lagi. Moga-moga bermanfaat

Destructive Test atau Uji Rusak,
Pengujian suatu material yang mengakibatkan kerusakan pada material biasanya dalam penggujian digunakan sample dari material yang akan diuji, ada beberapa macam pengujian merusak, yaitu :
1. Tensile Testing
2. Torsion Testing
3. Fatigue Testing
4. Bend Testing
5. Impact Testing
Tensile Testing
• Apa yang dimaksud dengan Tensile Test ?
• Tensile test atau disebut juga tension test, adalah mechanical test yang paling dasar yang dapat dilakukan untuk mengetahui kemampuan mekanik dari suatu material. Tensile tests sangat simple, relatif tidak mahal dan memenuhi standarad. Dengan menarik benda uji tersebut akan segera mengetahui bagaimana kemampuan suatu material mampu menahan suatu beban yang diberikan. Dengan cara menarik benda uji tersebut akan didapatkan strength dari material dan bagaimana batas ulur-nya.
• Mengapa Melakukan Tensile Test atau Tension Test?
• Untuk mendapatkan substansi tensile testing. Apabila diteruskan menarik material hingga putus, maka akan didapatkan kurva bagaimana material tersebut bereaksi sewaktu diberikan beban. Titik dimana terjadi kegagalan disebut "Ultimate Strength" atau UTS.






•Adalah daerah linier dari kurva mengenai hubungan antara beban atau gaya dan kemuluran (elongation). Dimana perbandingan / ratio stress dan strain adalah konstan (E = stress (σ) / strain (ε) ) dan disebut "Modulus of Elasticity" atau "Young's Modulus".
•Yield Strength
•Adalah stress yang terjadi pada material yang mulai mengalami plastic deformation pada waktu material dibebani.
•Strain
•Kemuluran yang terjadi pada waktu benda uji dibebani
•Engineering strain :

•True Strain :



Torsion Testing
•Torsion test dapat dilaksanakan pada beberapa material untuk menentukan kemampuan torsional material.
•Mengapa dilakukan Torsion Test?
•Banyak produk-produk dan komponen-komponen yang mengalami pembebanan secara tosional selama operasi. Misalnya : poros baling-baling, kemudi dll. Dengan pengujian tersebut manufacturers akan mampu membuktikan secara simulasi life service conditions, check product quality, verify designs, dan kemampuan manufacturing techniques.
•Tipe-tipe Torsion Tests
•Torsion tests dapat dilaksanakan dengan hanya membebani gerakan rotasi atau keduanya yaitu axial (tension atau compression) dan torsional forces.
•Torsion : hanya membebani torsional pada test specimen.
•Axial-Torsion: dengan membebani keduanya yaitu secara axial (tension atau compression) dan torsional dari test specimen.
•Failure Testing: dengan memuntir product, component, atau specimen hingga gagal (failure). Kegagalan (Failure) dapat diklsifikasikan dengan salah satu yaitu physical break atau kink/defect di specimen.
•Proof Testing: dengan membebani torsional dan tahan beban torque untuk waktu tertentu.
• Operational Testing: pengujian complete assemblies atau products seperti bottle caps, switches, dial pens, atau steering columns untuk memverifikasi bahwa product tersebut mampu menahan torsion loads yang direcanakan.
Fatigue Test
Yaitu dengan cara membebani benda uji secara cyclic untuk mengetahui kemampuan material yang mengalami pembebanan yang sama pada kondisi aktual. Pembebanan dapat dilakukan secara berulang dengan beban yang tetap atau simulasi seperti pembebanan in-service. Pembebanan dilakukan berulang-ulang hingga jutaan kali atau beberapa ratus kali per detik.
Mengapa dilakukan Fatigue Test?
In many applications, materials are subjected to vibrating or oscillating forces. The behavior of materials under such load conditions differs from the behavior under a static load. Because the material is subjected to repeated load cycles (fatigue) in actual use, designers are faced with predicting fatigue life, which is defined as the total number of cycles to failure under specified loading conditions. Fatigue testing gives much better data to predict the in-service life of materials.

Bend Testing
•Bend testing mengukur ductility dari materials. Hal ini berhubungan dengan bentuk spesifik atau tipe dari material.

Impact Testing
•Impact testing adalah pengujian untuk mengetahui kemampuan material menahan high-rate loading. Didalam pelaksanaan Impact test ini diukur energy absorbed pada fracturing a test piece pada high velocity (pada umumnya satu object menghantam object lainnya)
•Mengapa Impact Testing Penting?
•Impact resistance merupakan pertimbangan yang penting dalam merancang bangn (design) dan merupakan hal yang sulit untuk dihitung dan sebagai pengukuran yang kritikal dalam usia pakai (service life) terutama untuk produk yang mengutamakan keselamatan dan resiko tinggi.
Untuk menentukan :
•impact energies dapat diharapkan untuk mengetahui lifetime,
•Akan mengarahkan energy, dan kemudian,
•Memilih material yang mampu menahan beban impact yang kemungkinan terjadi dalam kurun waktu operasi.

Ductile vs. Brittle
•Brittle materials membutuhkan sedikit energy untuk memulai retak (crack), dengan sedikit penjalaran (propagate) akan menjadi climax.
•Semakin tinggi ductile materials gagal oleh hantaman (puncture) pada drop weight testing dan membutuhkan high energy load untuk memulai an penjalaran retak (crack).

Belawan, 16 September 2010
Oki

Salam